Just Keep Writing

Just Keep Writing

Minggu, 31 Januari 2016

Ketidakadilan yang Nyata




Halo semua! Sudah lama kita tidak berjumpa :D
Kali ini aku pengen cerita tentang ketidakadilan yang kami rasakan (khususnya anggota KIR) di sekolah.Oke kita mulai aja. Pada hari ini, 31 Januari 2016, diadakan pelantikan ekskul tiga bahasa (Bahasa Jepang yang diwakili ekskul JC, Bahasa Inggris diwakili ekskul E-spy, dan Bahasa Indonesia diwakili ekskul KIR) di sekolah kami tercinta. Memang sudah menjadi tradisi bahwa ketiga ekskul ini berbarengan pelantikannya. Alasannya sih dulu itu anggota ketiga ekskul ini sangat sedikit jadi untuk menghemat waktu maka pelantikannya jadi berbarengan aja.

Nah, pagi hari sekitar jam 7 aku udah nyampe di sekolah dan ternyata … senior kelas 12 KIR yang datang baru aku sendiri. Hiks, padahal aku kira aku udah terlambat banget loh L Lanjut, sekitar jam 8 lewat, senior kelas 12 ekskul KIR dan senior kelas 12 ekskul lain sudah berdatangan. Ketika itu adik kelas 10 yang akan dilantik sedang menonton film yang dipilihkan senior kelas 11.

Karena masih ada adik kelas 11 yang belum dilantik maka kami melakukan pelantikan untuk mereka terlebih dahulu. Pelantikan mereka dilaksanakan di lapangan basket bawah. Yaaah … jauh banget, keluhku.

Jadi ceritanya aku gak ikut ke lapangan basket dan kembali ikut menonton film. Hampir jam 9, adik kelas 11 telah menjalani pelantikan di lapangan basket kembali ke ruang menonton dan melakukan fashion show. Fashion show-nya cukup menghibur semua orang yang ada di dalam ruangan itu.

Jam setengah 10 dimulailah acara pelantikan adik kelas 10. Kita skip saja tentang apa saja yang terjadi dari jam setengah 10 pagi hingga jam 3 sore itu.
Jam setengah 4 sore, kami melakukan evaluasi mengenai seluruhan acara pelantikan hari ini. Ketika itu di dalam ruangan yang sudah kami tetapkan memang hanya ada anggota KIR dan E-spy kelas 11 dan 12. Maka dari itu kami bermaksud untuk menunggu anggota JC yang belum hadir.

Sekitar jam 4, anggota JC sudah berada di ruangan jadi aku membuka acara ini. Perlu aku tekankan kalau acara evaluasi ini bukan bermaksud menyalahkan pihak manapun, kami sebagai senior kelas 12 hanya ingin meluruskan hal-hal yang tidak seharusnya terjadi.

Acara ini dimulai dengan sesi pertanyaan.

“Menurut kalian, apakah kalian mempunyai kesalahan?”

Hening. Tidak ada yang menjawab pertanyaanku.

“Jadi kalian merasa sudah benar semuanya begitu?” kataku sedikit emosi karena merasa tidak dihargai.

Senior KIR dan E-spy yang lainpun mulai terpancing emosinya.

Akhirnya, ada beberapa anak yang merasa mempunyai kesalahan dan mengakui kesalahannya. Aku hargai itu.

Lalu kami pun membahas tentang snack dan makan siang yang tidak kami dapatkan. Mereka beralasan bahwa dana yang mereka dapatkan tidak cukup untuk makan siang seluruh senior kelas 12. Okelah, aku terima fakta itu.

Lanjut ke kejadian tim adik kelas 10 yang tidak mengetahui bahwa jam 12 siang itu adalah waktu istirahat. Hal yang seperti inilah yang memancing emosiku, seolah-olah mereka (adik kelas 11) tak peduli pada adik kelas mereka dan dengan tenangnya makan siang. Mereka hanya terdiam.

Ketika kami kembali membahas makan siang, tiba-tiba Pembina JC dan Pembina E-spy datang dan menjelaskan tentang mengapa anak kelas 12 tidak mendapat jatah makan siang. Dari penjelasan itu, kami (senior KIR dan E-spy) seolah-olah dikatakan sangat kekanakan karena mempeributkan masalah kecil. Ya, itu memang masalah kecil, tapi tanpa penjelasan tentu saja hal itu bisa menjadi masalah besar. Apalagi dulu kami (ketika kelas 11) sangat memprioritaskan makan siang dan snack untuk senior kelas 12. Sebab itulah kami bertanya, bukan menghakimi adik kelas 11.

Penjelasan dan sindiran dari Pembina JC dan E-spy itu tentu saja membuat sebagian besar dari kami merasa tersinggung. Apalagi faktanya Pembina KIR tidak ada di ruangan itu untuk membela kami. Ditambah kenyataannya Andrew yang menjabat sebagai ketua KIR lah yang menjadi seksi sibuk. Sedikit-sedikit panggil Andrew. Sedikit-sedikit ngerepotin Andrew. Padahal banyak loh cowok-cowok kelas 11 yang bisa melakukan tugas itu.

Sebagai senior KIR, tentu saja kami tidak tega pada Andrew. Aku saja merasa harus meminta pengampunan pada Andrew karena tidak terlalu banyak membantunya. Kenyataan itu diakui pula oleh Pembina KIR yang sebelum pulang bertanya mengapa hanya Andrew saja yang terlihat sibuk menyiapkan ini-itu.
Karena merasa sudah puas menyampaikan pendapatnya, Pembina JC dan Pembina E-spy pun izin pulang duluan. Jadi kami lanjutkanlah sesi pertanyaan. Senior E-spy mulai membahas tentang mengapa mereka tidak diberitahu tentang acara pelantikan hari ini.

Ketika aku kembali menyinggung tentang komunikasi yang jelek antarekskul dan koordinasi yang payah, tiba-tiba Pembina JC dan E-spy kembali masuk ke ruangan. Dan kali ini, kami diharuskan menutup sesi evaluasi saat itu juga.

Aku benar-benar terkejut ketika mengetahui bahwa senior kelas 12 JC-lah yang melaporkan pada pembina mengenai sesi evaluasi yang kami lanjutkan. Menurut seseorang, senior JC tidak terima anggota mereka disalahkan. Bagaimana mungkin kami tidak berang dibuatnya, anggota mereka berkata tidak pantas di grup Line.  Anggota mereka yang boboci (bobo ciang) ketika yang lainnya melanjutkan acara pelantikan. Anggota mereka juga bertumpuk di pos PKG, seolah-olah mereka balas dendam karena tahun lalu di PKG oleh banyak senior JC.

Aku merasa seperti déjà vu. Tahun lalu, aku adalah siswa kelas 11 yang akan melantik adik kelas. Saat itu acara berlangsung aman sampai terjadilah hal itu. Kami kena marah oleh Pembina karena dirasa terlalu berlebihan memarahi adik kelas. Padahal kenyataannya bukan hanya senior KIR yang bersalah, senior JC juga ‘sangat keras’ pada adik kelas mereka. Namun sekali lagi aku tekankan, seolah-olah hanya senior KIR saja yang bersalah. Faktanya (bukan bermaksud sombong ya!) senior KIR-lah yang mempunyai kontribusi besar dalam mengatur, menjaga keamanan, dan mengkoordinasi keseluruhan acara tersebut. Hidup itu memang tidak adil. Superhero dianggap bajingan, penjahat dianggap penyelamat dunia. Ya sudahlah, biar kami dan Allah saja yang mengetahui kenyataannya.

Kembali ke saat ini, dengan terpaksa acara ditutup padahal ada banyak hal yang ingin aku sampaikan. Berikut kesimpulannya.
1.     Persiapan pelantikan yang sangat kurang,
2.     Komunikasi antarekskul yang buruk,
3.     Kesalahpahaman yang berlanjut,
4.     Tugas yang titik beratkan pada satu orang saja,
5.     Tidak adanya tim yang mengawasi adik kelas di luar pos,
6.     Senior kelas 12 yang datang terlambat,
7.     Senior kelas 11 yang tidur saat acara berlangsung,
8.     Bertumpuknya senior kelas 11 di pos PKG.


Ah, akhirnya keluar juga semua uneg-uneg yang kupendam. Semoga hal ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Aku mohon maaf bila ada perkataan yang tidak berkenan di hati.

Terima kasih atas acara hari ini.
Terima kasih reader.
Terima kasih pada Allah yang telah memberikan kesempatan pada kami semua hingga acara pelantikan hari ini terlaksana juga.
Terima kasih atas kerja keras semua senior kelas 11, terutama untuk Andrew yang rela tenaga dan waktunya dipakai untuk menyiapkan banyak tugas.
Terima kasih atas kehadiran senior kelas 12 yang lainnya.


Terakhir, kembali aku tegaskan bahwa kami hanya ingin keadilan, bukan cemooh dan pendapat yang diberikan hanya dari satu sisi saja.

Love ya,
Alya Titania Annisaa’.